PENELITIAN ETNOGRAFI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etnografi merupakan salah satu dari sekian pendekatan dalam penelitian kualitatif. Dalam tradisi penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif, etnografi dikenal sebagai salah satu tradisi kualitatif
selain penelitian biografi, fenomenologi, grounded research, dan studi kasus.
Penelitian etnografi diidentikan dengan kerja antropologi, dengan dasar selain sebagai
founding father, penentu cikal bakal lahirnya antropologi, juga karena karakter
penelitian etnografi yang mengkaji secara alamiah individu dan masyarakat yang
hidup dalam situasi budaya tertentu. Karena itupula etnografi dikenal sebagai
naturalistic inquiry.
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem
kelompok sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola
perilaku, kebiasaan dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil
dari sebuah penelitian. Sebagai sebuah proses, etnografi melibatkan pengamatan
yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, sehingga peneliti memahami betul
bagaimana kehidupan keseharian subjek penelitian tersebut (Participant
observation, life history), yang kemudian diperdalam dengan indepth interview
terhadap masing-masing individu dalam kelompok tersebut. Dengan demikian
penelitian etnografi menghendaki etnografer /peneliti : (1) mempelajari arti
atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok dalam
situasi budaya tertentu, (2) memahami budaya atau aspek budaya dengan
memaksimalkan observasi dan interpretasi perilaku manusia yang berinteraksi
dengan manusia lainnya, (3) menangkap secara penuh makna realitas budaya
berdasarkan perspektif subjek penelitian ketika menggunakan simbol-simbol
tertentu dalam konteks budaya yang spesifik.
B. Rumusan Masalah
Apakah pengertian penelitian etnografi ?
Bagaimana langkah-langkah penelitian etnografi ?
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penelitian Etnografi
Penelitian
etnografi adalah termasuk salah satu pendekatan dari penelitian kualitatif.
Penelitan etnografi di bidang pendidikan diilhami oleh penelitian sejenis yang
dikembangkan dalam bidang sosiologi dan antropologi. Penelitian etnografi
pernah dilakukan oleh peneliti bernama Jonathan Kozol, dalam rangka melukiskan
perjuangan dan impian para warga kulit hitam dalam komunitas yang miskin dan
terpinggirkan di daerah Bronx, New York.[1] Penelitian kualitatif dengan
pendekatan ini kemudian banyak diterapkan dalam meneliti lingkungan pendidikan
atau sekolah.
Menurut
Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico, Spaulding &
Voegtle, Etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos dan graphos. Yang berarti
tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan Menurut Le Clompte dan Schensul
etnografi adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan
yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertentu.[2] Menurut Gay,
Mills dan Airasian, penelitian etnografi adalah suatu studi mengenai pola
budaya dan perspektif partisipan dalam latar alamiah.[3]
Menurut
Haris seperti yang dikutip oleh Cresswell, etnografi adalah suatu desain
kualitatif dimana seorang peneliti menggambarkan dan menginterpretasikan pola
nilai, perilaku, kepercayaan dan bahasa yang dipelajari dan dianut oleh suatu
kelompok budaya. Menurut Cresswell etnografi berfokus pada keseluruhan
kelompok. Seorang etnografer meneliti pola yang diikuti satu kelompok misalnya
oleh sejumlah lebih dari 20 orang, jumlah yang lebih besar daripada yang biasa
diteliti dalam grounded theory. Namun bisa juga lebih sedikit misalnya sejumlah
guru dalam suatu sekolah namun tetap dalam lingkup keseluruhan kelompok besar
(dalam hal ini sekolah).[4]
Selanjutnya
menurut Lodico maksud penelitian etnografi adalah untuk menggali atau menemukan
esensi dari suatu kebudayaan dan keunikan beserta kompleksitas untuk bisa
melukiskan interaksi dan setting suatu kelompok.[5]
Menurut
Emzir, etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna
sosilogi melalui observasi tertutup dari fenomena sosiokutural. Biasanya para
peneliti etnografi menfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat (tidak
selalu secara geografis, juga memerhatikan pekerjaan, pengangguran, dan
masyarakat lainnya), pemilihan informan yang mengetahui yang memiliki suatu
pandangan/pendapat tentang berbagai kegiatan masyarakat. Para informan tersebut
diminta untuk mengidentifikasi informan-informan lainnya yang mewakili
masyarakat tersebut, menggunakan sampling berantai untuk memperoleh suatu
kelengkapan informan dalam semua wilayah empiris penyelidikan.
Informan-informan tersebut diwawancarai berulang-ulang, menggunakan informasi
dari informan-informan sebelumnya untuk memancing klarifikasi dan tanggapan
yang lebih mendalam terhadap wawancara ulang. Proses ini dimaksudkan
berhubungan dengan fenomena yang sedang diteliti. Pemahaman-pemahaman sebjektif
bahkan kolektif tentang suatu subjek ini sering diinterpretasikan menjadi lebih
berarti daripada data objektif (misalnya perbedaan pendapat). [6]
Menurut
Hammersley, sebagaimana Emzir, etnografi adalah suatu metode penelitian ilmu
sosial. Penelitian ini sangat percaya pada ketertutupan (up-close), pengalaman
pribadi, dan partisipasi yang mungkin, tidak hanya pengamatan, oleh para peneliti
yang terlatih dalam seni etnografi. Para etnografer ini sering bekerja dalam
tim multidisipliner. Titik focus (focal point) etnografi dapat meliputi studi
intensif budaya dan bahasa. Studi intensif suatu bidang atau domain tunggal,
serta gabungan metode historis, observasi, dan wawancara. Penelitian etnografi
khusus menggunakan tiga macam pengumpulan data: wawancara, observasi, dan
dokumen. Ini pada gilirannya menghasilkan tiga jenis data: kutipan, uraian, dan
kutipan dokumen, menghasilkan dalam suatu produk: uraian naratif ini sering
meliputi tabel, diagram, dan artefak tambahan yang membantu penceritaan (to
tell “the story”).[7]
Jadi suatu
penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif yang melakukan studi terhadap
kehidupan suatu kelompok masyarakat secara alami untuk mempelajari dan
menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa,
dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu.
B.
Karakteristik dan Asumsi Dasar Penelitian Etnografi
Dalam
menjalankan penelitiannya seorang etnografer harus membangun hubungan yang
dekat dengan partisipan dari objek komunitas penelitiannya. Seperti contoh
etnografer Jonathan Kozol di atas, untuk meneliti komunitas kulit hitam di
Bronx, dia juga ikut tinggal di sana selama beberapa bulan untuk bisa menyelami
kehidupan mereka. Mereka pun mulai percaya pada Kozol dan mau berbagi mengenai
perasaan terdalam mereka dan pandangan mereka tentang kemiskinan dan perbedaan
warna kulit.[8]
Penelitian
etnografi meneliti suatu proses dan hasil akhir.[9] Akhir dari penelitian
adalah membuat tulisan yang kaya akan gambaran detail dan mendalam mengenai
objek penelitan (thick description).[10]
Sebagai penelitian suatu proses, seorang etnografer melakukan participant
observation, di mana seorang peneliti melakukan eksplorasi terhadap kegiatan
hidup sehari-hari dari objek kelompoknya, melakukan pengamatan dan mewawancarai
anggota kelompok dan terlibat di dalamnya. Participant obeservation juga
berarti bahwa peneliti ikut terlibat dan ikut berperan dalam pengamatan.[11]
Untuk
keperluan penelitian ini seorang etnografer memelukan seorang key informant
atau gatekeeper yang bisa membantu menjelaskan dan masuk ke dalam kelompok
tersebut. Selain itu seorang etnografer harus mempunyai sensitivitas tinggi
terhadap partisipan yang sedang ditelitinya, karena bisa jadi peneliti belum
familiar terhadap karakteristik mereka.
Berikut ini
aspek atau karakteristik etnografi baik yang dirangkum dari Wolcott dan Gay,
Mills dan Airasian.[12]
1.
Berlatar alami bukan eksperimen di laboratorium
2.
Peneliti meneliti tema-tema budaya tentang peran dan kehidupan sehari-hari
seseorang
3.
Interaksi yang dekat dan tatap muka dengan partisipan
4.
Mengambil data utama dari pengalaman di lapangan
5.
Menggunakan berbagai metode pengumpulan data seperti wawancara, pengamatan,
dokumen, artifak dan material visual.
6.
Peneliti menggunakan deskripsi dan detail tingkat tinggi
7.
Peneliti menyajikan ceritanya secara informal seperti seorang pendongeng
8.
Menekankan untuk mengekplorasi fenomena sosial bukan untuk menguji hipotesis.
9.
Format keseluruhannya adalah deskriptif, analisis dan interpretasi
10.
Artikel diakhir dengan sebuah pertanyaan.
Menurut Nur
Syam, ciri-ciri penelitian etnografi adalah :
1.
Deskripsi etnografis sepenuhnya disusun sesuai dengan pandangan, pengalaman
warga pribumi (emic view)
2.
Memanfaatkan metode wawancara mendalam dan observasi terlibat.
3.
Peneliti tinggal di lapangan untuk belajar tentang budaya yang dikajinya.
4.
Analisis datanya bercorak menyeluruh (holistik) yaitu menghubungkan antarasuatu
fenomena budaya dengan fenomena budaya lainya atau menghubungkan antara suatu
konsep dengan konsep lainnya.[13]
Karakter
khas dari metode etnografi semakin menjadi jelas, ketika asumsi-asumsi yang
dibangun dan dimiliki etnografi mengarah pada pemahaman terhadap
keberadaan/peran/makna budaya dalam sebuah masyarakat. Asumsi-asumsi itu
menurut menurut Emzir (2012) dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip terutama
dipengaruhi oleh pemahaman cultural masyarakat. Metodologi secara
sungguh-sungguh menjamin bahwa pemahaman cultural umum akan diidentifikasi
untuk kepentingan peneliti di tangan. Interpretasi tepat menempatkan tekanan
besar pada kepentingan kausal dari pemahaman kultual seperti itu. Terdapat
suatu kemungkinan bahwa focus etnografi akan mempertiimbangkan secara
berlebihan peran persepsi budaya dan tidak mempertimbangkan peran kausal
kekuatan-kekuatan objektif.
2.
Etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat secara
relevan dari kepentingan. Dalam banyak latar, ini mungkin menjadi sulit.
Masyarakat, organisasi formal, kelompok non formal dan persepsi tingkat local
semuanya mungkin memainkan peran dalam banyak subjek yang diteliti, dan
kepentingan ini mungkin bervariasi menurut waktu, tempat dan masalah. Terdapat
suatu kemungkinan bahwa focus etnografi mungkin secara berlebihan memandang
peran budaya masyarakat dan tidak memberikan pandangan pada peran kausal dari
kekuatan psikologis individual atau bagian masyarakat.
3.
Etnografi mengasumsikan peneliti mampu memahami kelebihan cultural dari
masyarakat yang diteliti, menguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan
tersebut, dan memiliki temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif
dari budaya tersebut. Terdapat suatu bahasa bahwa peneliti mungkin memasukkan
bias terhadap pandangan budayanya sendiri.
4.
Sementara tidak inheren bagi metode, penelitian etnografi lintas budaya yang
menghindari risiko asumsi yang keliru bahwa pengukuran yang ada memiliki makna
yang sama lintas budaya. [14]
C.
Prinsip-Prinsip Metodologis Penelitian Etngrafi
Hammersley
(1990), sebagaimana dikutip oleh Emzir, mengemukakan tiga prinsip metodologis
yang digunakan untuk menyediakan dasar pemikiran terhadap corak metode
etnografi yang spesifik. Prinsip-prinsip ini juga merupakan dasar bagi sebagian
besar kritik tentang kegagalan penelitian kuantitatif menangkap kebenaran
hakikat perilaku sosial manusia; karena bersandar pada studi latar artifisial
dan atau pada apa yang dikatakan orang bukan pada apa yang dilakukan mereka;
karena mencari untuk mengurangi makna terhadap apa yang dapat diamati; karena
reifers fenomena sosial dengan memperlakukannya sebagai terdefinisikan lebih
jelas dan lebih statis dari yang seharusnya, dan sebagai produk mekanis dari
faktor-faktor sosial dan psikologis. Ketiga prinsip tersebut dapat dirangkum di
bawah judul naturalisme, pemahaman, dan penemuan.[15]
1.
Naturalisme. Ini merupakan pandangan bahwa tujuan penelitian sosial adalah
untuk menangkap karakter perilaku manusia yang muncul secara alami, dan bahwa
ini hanya dapat diperoleh melalui kontak langsung dengannya, bukan melalui
inferensi dari apa yang dilakukan orang dalam latar buatan seperti eksperimen
atau dari apa yang mereka katakan dalam wawancara tentang apa yang mereka
lakukan.
2.
Pemahaman. Yang sentral di sini adalah alasan bahwa tindakan manusia berbeda
dari perilaku objek fisik, bahkan dari makhluk lainnya: tindakan tersebut tidak
hanya berisi tanggapan stimulus, tetapi meliputi interpretasi terhadap stimulus
dan konstruksi tanggapan. Kadang-kadang tanggapan ini mencerminkan penolakan
yang lengkap terhadap konsep kausalitas sebagai tidak dapat diterapkan dalam
dunia sosial, dan desakan tegas atas karakter yang dibangun secara bebas dari
tindakan manusia dan institusi.
3.
Penemuan. Corak lain dari pemikiran etnografi adalah konsepsi proses penelitian
sebagai induktif atau berdasarkan temuan, daripada dibatasi pada pengujian
hipotesis secara eksplisit. Itu beralasan bahwa jika seseorang mendekati suatu
fenomena dengan suatu set hipotesis, mungkin dia gagal menemukan hakikat
fenomena tersebut sebenarnya dibutakan oleh asumsi yang dibangun ke dalam
hipotesis tersebut.
D.
Jenis Penelitian Etnografi
Menurut
Creswell, para ahli banyak menyatakan mengenai beragam jenis penelitian
etnografi, namun Creswell sendiri membedakannya menjadi 2 bentuk yang paling
popular yaitu Etnografi realis dan etnografi kritis. Penjelasannya sebagai
berikut : [16]
1.
Etnografi realis
Etnografi
realis mengemukakan suatu kondisi objektif suatu kelompok dan laporannya biasa
ditulis dalam bentuk sudut pandang sebagai orang ke-3. Seorang etnografi realis
menggambarkan fakta detail dan melaporkan apa yang diamati dan didengar dari
partisipan kelompok dengan mempertahankan objektivitas peneliti.
2.
Etnografi kritis
Dewasa ini
populer juga etnograi kritis. Pendekatan etnografi kritis ini penelitian yang
mencoba merespon isu-isu sosial yang sedang berlangsung misalnya dalam masalah
jender/emansipasi, kekuasaan, status quo, ketidaksamaan hak, pemerataan dan
lain sebagainya.
Jenis-Jenis
etnografi lainnya diungkapkan Gay, Mills dan Aurasian sebagai berikut:[17]
1.
Etnografi Konfensional: laporan mengenai pengalaman pekerjaan lapangan yang
dilakukan etnografer.
2.
Autoetnografi: refleksi dari seseorang mengenai konteks budayanya sendiri.
3.
Mikroetnografi: studi yang memfokuskan pada aspek khusus dari latar dan
kelompok budaya.
4.
Etnografi feminis: studi mengenai perempuan dalam praktek budaya yang yang
merasakan pengekangan akan hak-haknya.
5.
Etnografi postmodern: suatu etnografi yang ditulis untuk menyatakan
keprihatinan mengenai masalah-masalah sosial terutama mengenai kelompok
marginal.
6.
Studi kasus etnografi: analisis kasus dari seseorang, kejadian, kegiatan dalam
perspektif budaya.
E.
Prosedur Penelitian Etnografi
Menurut
Creswell, walau tidak ada satu cara saja dalam menititi etnografi namum secara
umum prosedur penelitian etografi adalah sebagai berikut:[18]
1.
Menentukan apakah masalah penelitian ini adalah paling cocok didekati dengan
studi etnogafi. Seperti telah kita bahas di atas bahwa etnografi menggambarkan
suatu kelompok budaya dengan mengekloprasi kepercayaan, bahasa dan
perilaku (etnografi realis); atau juga mengkritisi isu-isu mengenai kekuasaan,
perlawanan dan dominansi (etnografi kritis).
2.
Mengidentifikasi dan menentukan lokasi dari kelompok budaya yang akan diteliti.
Kelompok sebaiknya gabungan orang-orang yang telah bersama dalam waktu yang
panjang karena disini yang akan diteliti adalah pola perilaku, pikiran dan
kepercayaan yang dianut secara bersama.
3.
Pilihlah tema kultural atau isu yang yang akan dipelajari dari suatu kelompok.
Hal ini melibatkan analisis dari kelompok budaya.
4.
Tentukan tipe etnografi yang cocok digunakan untuk memlajari konsep budaya
tersebut. Apakah etnografi realis ataukah etnografi kritis.
5.
Kumpulkan informasi dari lapangan mengenai kehidupan kelompok tersebut. Data
yang dikumpulkan bisa berupa pengamatan, pengukuran, survei, wawancara, analisa
konten, audiovisual,pemetaan dan penelitian jaringan. Setelah data terkumpul
data tersebut dipilah-pilah dan dianalisa.
6.
Yang terakhir tentunya tulisan tentang gambaran atau potret menyeluruh dari
kelompok budaya tersebut baik dari sudut pandang partisipan maupun dari sudut
pandang peneliti itu sendiri.
Peneliti
etnografi secara umum mempunyai kesamaan dengan seseorang penjelajah yang
mencoba memetakan suatu wilayah hutan belantara. Penjelajah memulai dengan
suatu masalah umum, mengidentifikasi ciri-ciri utama dari wilayah tersebut;
peneliti etnografi ingin mendeskripsikan wilayah kultural. Kemudian penjelajah
mulai mengumpulkan informasi, menapak berjalan pertama satu arah, kemudian
barangkali menyelidiki rute tersebut, selanjutnya memulai penyelidikan satu
arah baru. Pada penemuan sebuah danau di tengah sebuah hutan berpohon-pohon
besar, penjelajah mungkin berjalan mengelilinginya, kemudian berjalan melewati
daerah yang sudah dikenal untuk mengukur jarak danau dari tepi hutan tersebut.
Penjelajah akan sering membaca kompas, memeriksa arah matahari, membuat catatan
tentang tanda-tanda yang menonjol, dan menggunakan umpan balik dari setiap
pengamatan untuk memodifikasi informasi awal. Setelah beberapa minggu
penyelidikan, penjelajah mungkin mengalami kesulitan menjawab pertanyaan “Apa
yang telah kamu temukan?” Seperti seseorang peneliti etnografi, penjelajah
mencari untuk mendeskripsikan suatu area hutan belantara daripada berusaha
menemukan sesuatu.
Menurut
Spradley (1980: 26), s dalam praktik bagaimana dikutip oleh Emzir, penelitian
nyata perbedaan ini dapat diungkapkan dalam dua pola penelitian. Sementara para
peneliti ilmu sosial cenderung mengikuti penyelidikan pola “linear”, peneliti
etnografi cenderung mengikuti pola “siklus”. Mari kita lihat secara singkat
pada contoh urutan linear dalam penelitian ilmu sosial, setelah itu baru kita
diskusikan pola “siklus”yang digunakan peneliti etnografi. [19]
1.
Urutan Linear dalam Penelitian Ilmu Sosial
McCord &
McCord (1958) dalam penelitiannya tentang kriminalitas, mengikuti prosedur
urutan linear (gambar 1)Mereka menyusun suatu prosedur penelitian untuk melihat
apakah model peranan orang tua memengaruhi anak-anak untuk mengatasi perilaku
kriminal atau menghindari perilaku tersebut. Semua detail dari penelitian
mereka tidak perlu dipertimbangkan untuk mengikuti urutan linear dari aktivitas
ringkas berikut.
Tahap
pertama: mendefinisikan suatu masalah penelitian. McCord mulai dengan
mendefinisikan masalah penelitian sebagai hubungan antara lingkungan keluarga
dengan penyebab kajahatan.
Tahap kedua:
merumuskan hipotesis. Peneliti merumuskan sejumlah hipotesis penelitian tentang
hubungan antara sikap orang tua, perilaku, dan disiplin terhadap aktivitas
kriminal (atau absen dari aktivitas tersebut) dari anak-anak. Sebagai contoh,
mereka menghipotesiskan bahwa jika orang tua laki-laki menyimpang (kriminal,
kacau), penyimpangan mereka akan tercermin dalam kriminalitas di antara
anak-anak, dan “anak-anak akan meniru orang tua laki-laki yang menyimpang, jika
orang tua laki-laki menunjukkan rasa kasih sayang terhadap mereka.”
Tahap
ketiga: membuat definisi operasional. Penelitian mendefinisikan kata-kata,
frase seperti “penyimpangan” dan “model peran orang tua” dalam istilah-istilah
spesifik yang memungkinkan peneliti setuju bila mereka mengidentifikasi
perilaku menyimpang.
Tahap
keempat: merancang instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data yang telah
dikumpulkan sebelumnya dari wawancara dan observasi. Instrumen utama pada saat
penelitian adalah suatu set instruksi peringkat yang digunakan oleh “rater”
yang membaca lewat data awal ini. Instrument tidak dapat dirancang hingga tahap
satu sampai tahap tiga dilakukan.
Tahap
kelima: mengumpulkan data. Ini dilakukan dengan menggunakan satu kelompok rater
independen.
Tahap
keenam: menganalisis data. Data kemudian dipertentangkan dengan hipotesis dan
diuji untuk temuan baru yang tidak berhubungan dengan hipotesis.
Tahap
ketujuh: menggambarkan kesimpulan. Banyak kesimpulan ditarik dari penelitian,
termasuk, sebagai contoh, penyimpangan mahasiswa tercermin dalam perilaku
kriminal di kalangan anak-anak.
Tahap
kedelapan: melaporkan hasil. Bila analisis sudah lengkap, dan kesimpulan sudah
digambarkan, McMord kemudian menulis hasilnya untuk publikasi.
Penelitian
etnografi jarang menggunakan prosedur linear semacam ini; tugas-tugas utama
mengikuti semacam pola siklus, selalu mengulangi, seperti terlihat dalam gambar
2. Berikut akan dibicarakan masing-masing aktivitas utama dalam siklus ini.
2.
Siklus Penelitian Etnografi
Menurut
Spradley (1980: 22-35), sebagaimana dikutip oleh Emzir prosedur penelitian
etnografi bersifat siklus, bukan bersifat urutan linear dalam penelitian ilmu
sosial. Prosedur siklus penelitian etnografi mencakup enam langkah: (1)
pemilihan suatu proyek etnografi, (2) pengajuan pertanyaan etnografi, (3)
pengumpulan data etnografi, (4) pembuatan suatu rekaman etnografi, (5) analisis
data etnografi, dan (6) penulisan sebuah etnografi. Berikut uraiannya
masing-masing. [20]
a.
Pemilihan Suatu Proyek Etnografi
Siklus
dimulai dengan pemilihan suatu proyek etnografi. Barangkali yang pertama
peneliti etnografi mempertimbangkan ruang lingkup dari penyelidikan mereka.
Wolcott (1967) memilih desa Kwakiutl di British Columbia dengan sebuah populasi
standar 125 orang. Studi Hicks tentang Little Valley (1976) difokuskan pada
penyelesaian yang berbeda dengan populasi total standar 1300 orang. Spradley
dkk. melakukan penelitian etnografi pada suatu daerah kecil perkotaan (Spradley
dan Mann, 1975). Orcar Lewist mengahabiskan beberapa tahun meneliti sebuah
keluarga tunggal (1963). Ruang lingkup penelitian dapat berjarah sepanjang satu
kontinum dari etnografi makro ke etnografi mikro.
b.
Pengajuan Pertanyaan Etnografi
Pekerjaan
lapangan etnografi dimulai ketika Anda mulai mengajukan pertanyaan etnografi.
Itu memperlihatkan bukti yang cukup ketika pelaksanan wawancara, tetapi
obsevasi yang sangat sederhana dan entri catatan lapangan pun melibatkan
pengajuan pertanyaan. Anggap untuk sementara Anda mulai menaiki sebuah bis kota
sebagai seseorang etnografi. Bis berhenti pada sebuah persimpangan yang sibuk
dan Anda mengamati sebagai orang pemilik bis, pintu tertutup, dan pengemudi
mengarahkan bis memasuki persimpangan tersebut. Anda menunggu hingga setiap
orang mendapat tempat duduk, kemudian mencatat pertanyaan berikut dalam catatan
Anda: “Tiga orang naik bis di halte bis Snelling Avenue, seorang wanita dan dua
anak laki-laki. Masing-masing di antara mereka pergi ke tiga tempat duduk
kosong terpisah dan semua memilih tempat dekat pintu”. Anda dapat menjawab
beberapa pertanyaan implicit, pertanyaan Anda ajukan tanpa realisasinya.
1)
Siapa yang naik bis?
2)
Apa jenis kelamin dan berapa usia penumpang yang baru?
3)
Apa yang mereka lakukan setelah naik bis?
4)
Di mana setiap orang duduk?
Sebagai
pengganti pertanyaan di atas Anda dapat mengajukan pertanyaan sperti: “berapa
tinggi setiap penumpang baru? Apa yang diapaki oelh setiap penumpang? Di mana
setiap orang terlihat bergerak turun ke jalan? Pertanyaan ini akan menuntun ke
arah entri yang berbeda dalam catatan lapangan Anda.
Dalam format
penelitian sosial yang paling umum, pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
cenderung datang dari luar pemandangan budaya. Para peneliti dari suatu
pandangan budaya tertentu (ilmu sosial professional) menggambarkan pada
kerangka referensi. Mereka untuk merumuskan pertanyaan. Mereka kamudian
memandang budaya yang lain untuk melakukan wawancara atau observasi. Tanpa
merealisasikannya merka cenderung berasumsi bahwa pertanyaan dan jawaban
merupakan unsure-unsur yang terpisah dalam pemikiran manusia. Pertanyaan selalu
mengimplikasikan jawaban. Pertanyaan dari jenis apa pun selalu mengimplikasikan
pertanyaan. Ini benar, bahkan ketika pertanyaan atau jawaban tidak dinyatakan.
Dalam melakukan observasi partisipan untuk tujuan etnografi, sebaik mungkin,
kedua pertanyaan dan jawaban harus ditemukan dalam situasi sosial yang akan diteliti.
Terdapat
tiga jenis utama pertnyaan etnografi, masing-masing mengarah pada jenis
observasi yang berbeda di lapangan. Semua jenis etnografi mulai dengan
“pertanyaan deskriptif” umum/luas seperti “Siapa orang yang ada di sini?”
“Apa yang mereka lakukan?”, dan “Apa latar fisik dari situasi sosial ini?”
Kemuadian, setelah penggunaan jenis pertanyaan ini untuk menuntun observasi
anda, dan setelah analisis data awal, Anda akan menggunakan “pertanyaan
structural” dan “pertanyaan kontras” untuk penemuan. Ini akan membimbing Anda
membuat observasi lebih terfokus.
Dalam sebuah
etnografi seseorang dapat mengajukan seub-sub pertanyaan yang berhubnungan
dengan (a) suatu deskripsi tentang konteks, (b) analisis tentang tema-tema
utama, dan (c) interpretasi perilaku kultural (Wolcott, 1994, dalam Creswell,
1998: 104). Sebagai alternative subpertanyaan topical ini dapat mencerminkan 12
langkah Spradley dalam Decision Research Sequencenya sebagai berikut:
1)
Apa situasi sosial yang akan diteliti? (Memilah suatu situasi sosial)
2)
Bagaimana seseorang melakukan observasi terhadap situasi tersebut? (Melakukan
observasi partisipan)
3)
Apakah yang sudah terekan tentang situasi tersebut? (Membuat rekaman etnografi)
4)
Apakah yang sudah teramati tentang situasi tersebut? (Melakukan observasi
deskriptif)
5)
Apakah domain cultural yang muncul dari studi situasi tersebut? (Melakukan
analisi domain)
6)
Apakah lebih spesifik, observasi terfokus dapat dibuat? (Melakukan analisis
taksonomi)
7)
Melihat secara lebih selektif, observasi apa yang dapat dilakukan? (Melakukan
observasi selektif)
8)
Apa komponen-komponen yang muncul dari observasi tersebut? (Melakukan analisis
komponen)
9)
Apa tema-tema yang tampak? (Melakukan observasi selektif)
10)
Apa inventori cultural yang tampak? (Mengambil inventori cultural)
11)
Bagaimana seseorang dapat menulis etnografi? (Menulis sebuah etnografi)
(Creswell. 1998: 104 dan Spradley, 1980: 103)
c.
Pengumpulan Data Etnografi
Tugas utama
kedua dalam siklus penelitian etnografi adalah pengumpulan data etnografi.
Dengan cara observasi partisipan, Anda akan mengamati aktivitas orang,
karakteristik fisik situasi sosial, dan apa yang akan menjadi bagian dari temat
kejadian. Selama pelaksanaan pekerjaan lapangan, apakah seseorang mempelajari
sebuah desa suku tertentu untuk satu tahun atau pramugari pesawat udara untuk
beberapa bulan, jenis observasi akan berubah. Anda akan mulai dengan melakukan
observasi akan berubah. Anda akan mulai dengan melakukan observasi deskriptif
secara umum, mencoba memperoleh suatu tinjuan terhadap situasi sosial dan yang
terjadi di sana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data awal Anda, Anda
dapat mempersempit penelitian Anda dan mulai melakukan observasi ulang di
lapangan, Anda akan mempu mempersempit penyelidikan Anda untuk melakukan
observasi selektif. Walaupun observasi Anda semakin terfokus, Anda akan selalu
melakukan observasi deskriptif umum hingga akhir studi lapangan Anda. Tiga
jenis observasi ini berhubungan dengan tiga jenis pertanyaan etnografi. [21]
d.
Pembuatan Rekaman Etnografi
Langkah
berikutnya dalam siklus penelitian etnografi adalah membuat rekaman atau
catatan etnografi. Tahap ini mencakup pengambilan catatan lapangan. Pengambilan
foto, pembuatan peta, dan penggunaan cara-cara lain untuk merekam observasi
Anda. Rekaman etnografi ini membangun sebuah jembatan antara observasi dan
analisis. Memang, sebagian besar analisis Anda akan sangat tergantung pada apa
yang telah Anda rekam.
e.
Analisis Data Etnografi
Langkah
berikutnya dalam siklus tidak dapat menunggu hingga terkumpul banyak data.
Dalam penelitian etnografi, analisis merupakan suatu proses penemuan
pertanyaan. Sebagai pengganti datang ke lapangan dengan pertanyaan spesifik,
peneliti etnografi menganalisis data lapangan yang dikumpulkan dari observasi
partisipan untuk menemukan pertanyaan. Anda perlu menganalisis catatan-catatan
lapangan Anda setelah setiap periode pekerjaan lapangan untuk mengetahui apa
yang akan dicari dalam periode berikutnya dari obsevasi partisipan. Terdapat
empat jenis analisis, yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen,
dan analisis tema.
Analisis
domain, yaitu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek penelitian
atau situasi sosial. Melalui pertanyaan umum dan pertanyaan rinci peneliti
menemukan berbagai kategori atau domain tertentu sebagai pijakan penelitian
selanjutnya. Semakin banyak domain yang dipilih, semakin banyak waktu yang
diperlukan untuk penelitian.
Analisis
taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci
untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan yang lebih terfokus.
Analisi
komponensial, yaitu mencari cirri spesifik pada setiap struktur internal dengan
cara mengontraskan antarelemen. Hal ini dilakukan melalui observasi dan
wawancara terseleksi melalui pertanyaan yang mengontraskan.
Analisis
tema budaya, yaitu mencari hubungan di antara domain dan hubungan dengan
keseluruhan, yang selanjutnya dinyatakan ke dalam tema-tema sesuai dengan fokus
dan subfokus penelitian.
Seorang
peneliti etnografi berpengalaman dapat melakukan bentuk-bentuk analisis berbeda
ini secara simultan selama periode penelitian. Peneliti pemula dapat
melakukannya dalam urutan, belajar melakukan masing-masing dalam putaran
sebelum bergerak ke analisis berikutnya. Observasi partispan dan perekaman
catatan lapangan, selalu diikuti oleh pengumpulan data, yang mengarah pada
penemuan pertanyaan etnografi baru, pengumpulan data, catatan lapangan, dan
analisis data lebih lanjut. Demikianlah siklus berlanjut hingga proyek
penelitian mendekati sempurna.
f.
Penulisan Sebuah Etnografi
Tugas utama
terakhir dalam siklus penelitian etnografi muncul ke arah akhir dari proyek
penelitian. Walupun demikian, itu dapat pula mengarah pada
pertanyaan-pertanyaan baru dan observasi-observasi lebih lanjut. Penulisan
sebuah etnografi memaksa penyelidik ke dalam suatu jenis analisis yang lebih
intensif.
Penelitian
etnografi melibatkan suatu open-ended inquiry; memerlukan umpan balik yang
konstan untuk memberikan arah penelitian. Peneliti etnografi hanya dapat
merencanakan dari awal perjalanan penyelidikan mereka dalam penertian yang
paling umum. Setiap tugas utama dalam tindakan siklus penelitian sebagai sebuah
kompas untuk memelihara Anda di perjalanan. Jika Anda kacaukan etnografi dengan
pola penelitian linear yang lebih tipikal dalam ilmu sosial, Anda akan
berhadapan dengan masalah yang tidak diperlukan. Orang yang berpikir tentnag
etnografi sebagai urutan linear cenderung mengumpulkan catatan lapangan minggu
demi minggu dan segera menjadi berlimpah dengan kumpulan data yang tidak tersusun.
Mereka sulit mengetahui kapan mereka memiliki informasi yang cukup pada suatu
topik. Dan bahkan masalah yang lebih besar muncul ketika mereka menunggu semua
data terkumpul sebelum mulai menganalisis secara intensif. Pertanyaan baru
muncul dari data; seseorang tidak dapat mengajukan pertanyaan ini karena sulit
atau tidak mungkin kembali ke lapangan. Jurang dalam informasi muncul tanpa
jalan untuk mengisi data yang hilang.
Kesadaran
terhadap siklus penelitian etnografi dapat memelihara Anda dari kehilangan
jalan bahkan dalam proyek penelitian yang sangat kecil. Melakukan observasi
partisipan secara cepat menceburkan peneliti dalam suatu data primer yang luas.
Itu tidak umum bagi mahasiswa pascasarjana yang melaksanakan hanya beberapa jam
seminggu untuk mengumpulkan sepuluh sampai lima belas halaman catatan lapangan
setiap minggu. Peneliti etnografi yang menghabiskan beberapa jam sehari
melakukan observasi partisipan secara proporsional akan memiliki sejumlah besar
data lapangan.
F.
Instrumen Pengumpul dan Paparan Data Etnografi
Sebagaimana
layaknya penelitian kualitatf yang mengedepankan naturalitik dalam mendapatkan
data yang sifat deskriptif, maka penelitian etnografi juga memafaatkan teknik
pengumpulan data yang digunakan penelitian kualitatif pada umumnya, namun ada
beberapa teknik yang khas. Adapun instrumen pengumpul data pada penelitian
etnografi sebagai berikut:
1.
Pertama, wawancara mendalam (indepth interview) merupakan serangkaian
pertanyaan yang diajukan peneliti kepada subjek penelitian. Mengingat karakter
etnografi yang naturalistic, maka bentuk pertanyaan atau wawancara yang
dilakukan merupakan pertanyaan terbuka dan sifatnya mengalir, meski demikian
untuk menjaga focus penelitian ada baiknya seorang peneliti memiliki panduan wawancara
yang sifatnya fleksibel. Setiap wawancara yang dilakukan, peneliti harus
memperdalamnya dengan cara membuat catatan hasil wawancara dan observasi.
Karena itu, kegiatan wawancara akan selalu menghasilkan pertanyaan baru yang
sifatnya memperdalam apa yang telah diterima dari subjek penelitan. Dalam
konteks memperdalam data, proses wawancara dapat dilakukan secara spontan
maupun terencana.
2.
Kedua, Observasi partisipan (participant observation). Untuk mengetahui secara
detail langsung bagaimana budaya yang dimiliki individu atau sekelompok
masyarakat maka seorang peneliti eetnografi harus menjadi “orang dalam”.
Menjadi “orang dalam” akan memberi keuntungan peneliti dalam menghasilkan data
yang sifatnya natural. Peneliti akan mengetahui dan memahami apa saja yang
dilakukan subjek penelitian, prilaku keseharian, kebiasaan – kebiasaan yang
dilakukan keseharian, hingga pada pemahaman terhadap symbol-simbol kehidupan
subjek penelitian dalam keseharian yang bisa jadi orang lain tidak memahami apa
sebenarnya symbol itu. Menjadi orang dalam memberikan akses yang luar biasa
bagi peneliti untuk “menguak”semua hal tanpa sedikitpun halangan, karena subjek
penelitian akan merasa kehadiran peneliti tak ubahnya sebagai bagian dari
keluarganya, sehingga tidak ada keraguan dan hambatan bagi subjek untuk
berperilaku alami, sebagaimana layaknya dia hidup dalam keseharian. Namun
demikian, menjadi orang dalam melalui kegiatan observasi partisipan tidak
menjadikan peneliti larut hingga tidak bisa membedakan dirinya dengan diri
subjek penelitian. Posisi inilah yang harus benar-benar dijaga dalam melakukan
riset etnografi.
3. Ketiga,
Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion), merupakan kegiatan diskusi
bersama antara peneliti dengan subjek penelitian secara terarah. Dalam konteks
ini sebenarnya kemampuan peneliti untuk menyajikan isu atau tema utama,
mengemasnya dan kemudian mendiskusikan serta mengelola diskusi itu menjadi
terarah dalam arti proses diskusi tetap berada dalam wilayah tema dan tidak
terlalu melebar apalagi sampai menyertakan emosi subjek secara berlebihan
menjadi kata kunci dari proses FGD yang baik. Diskusi kelompok terarah ini bisa
diawali dengan pemilihan anggota diskusi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
peneliti, ataupun dapat saja dilakukan dengan secara acak, namun tetap
memperhatikan “kekuatan” masing-masing peserta diskusi, mulai dari tingkat
pendidikan, intelektualitas, pengalaman bahkan keseimbangan gender. Dengan
penetapan ini, merupakan langkah untuk menghindari ketimpangan atau dominannya satu
kelompok atau individu dalam sebuah diskusi. Kemudian, dilanjutkan dengan tema
yang akan diusung peneliti, dan diskusikan secara bersama. Proses inilah yang
kemudian oleh peneliti dicatat secara rinci untuk kemudian dijadikan dasar
pijak untuk memperdalam dan memperkaya data etnografi.
4. Keempat,
Sejarah hidup (Life history), merupakan catatan panjang dan rinci sejarah hidup
subjek penelitian. Melalui catatan sejarah hidup ini peneliti etnografi akan
memahami secara detail apa saja yang menjadi kehidupan subjek penelitian dan
factor-faktor yang mempengaruhinya termasuk budaya yang ada di lingkungannya.
Catatan sejarah hidup, menghendaki kemampuan peneliti untuk jeli dalam melihat
setiap detail kehidupan seseorang, sehingga tergambar dengan jelas bagaimana
“jalan” kehidupan subjek penelitian dari lahir hingga dewasa sehingga
terketemukan peristiwa-peristiwa penting yang menjadi titik balik (turning
point) dalam sejarah kehidupan subjek penelitian. Meski hampir sama dengan pola
autobiografi, namun terdapat perbedaan terutama pada upaya yang lebih kuat
dalam penulisan untuk menghindari subjektivitass penulis.
5. Kelima,
analisis dokumen (Document analysis). Analisis dokumen diperlukan untuk
menjawab pertanyaan menjadi terarah, disamping menambah pemahaman dan informasi
penelitian. Mengingat dilokasi penelitian tidak semua memiliki dokumen yang
tersedia, maka ada baiknya seorang peneliti mengajukan pertanyaan tentang
informan-informan yang dapat membantu untuk memutuskan apa jenis dokumen yang
mungkin tersedia. Dengan kata lain kebutuhan dokumen bergantung peneliti, namun
peneliti harus menyadari keterbatasan dokumen, dan bisa jadi peneliti mencoba
memahami dokumen yang tersedia, yang mungkin dapat membantu pemahaman.
Berbagai
teknik pengumpulan data yang terpapar tersebut bisa digunakan peneliti secara
bersamaan atau dipilih peneliti berdasarkan kebutuhan dan juga bergantung
peneliti dalam memaksimalkan instrument tersebut. Yang jelas, bagaimana upaya
peneliti dalam mendapatkan dan menghasilkan data etnografi yang rinci dan utuh.
Setelah
melakukan proses penggalian data dan menganalisisnya, maka langkah selanjutnya
yang harus dilakukan peneliti adalah membuat laporan etnografi. Ada enam bentuk
laporan etnografi yang dapat disajikan peneliti, yaitu : (1) ethnocentric
descriptions adalah studi yang dibentuk dengan tidak menggunakan bahasa asli
dan mengabaikan makna yang ada. Masyarakat dan cara berperilaku
dikarakteristikkan secara stereotipe; (2) social science descriptions digunakan
untuk studi yang terfokus secara teoritis pada uji hipotesis; (3) standard
ethnographies menggambarkan variasi luas yang ada pada penutur asli dan
menjelaskan konsep asli. Studi ini juga menyesuaikan kategori analitisnya pada
budaya lain; (4) monolingual ethnographies, seorang anggota masyarakat yang
dibudayakan menulis etnografi dalam bahasa aslinya. Etnografer secara hati-hati
membawa sistem semantis bahasanya dan menterjemahkan ke dalam bahasanya; (5)
life histories adalah salah satu bentuk deskripsi yang menawarkan pemahaman
terhadap budaya lain. Mereka yang melakukan studi ini akan mengamati secara
mendetail kehidupan seseorang dan proses yang menunjukkan bagian penting dari
budaya tersebut. Semua dicatat dalam bahasa asli, kemudian diterjemahkan dan
disajikan dalam bentuk yang sama sesuai dengan pencatatan; serta (6)
ethnographicnovels.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif yang melakukan studi terhadap
kehidupan suatu kelompok masyarakat secara alami untuk mempelajari dan
menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa,
dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok tersebut.
2.
Langkah-langkah penelitian etnografi adalah sebagai berikut :
a.
Menetapkan seorang informan.
b.
Melakukan wawancara dengan informan-informan, yaitu wawancara mendalam untuk
mengetahui tentang fenomena yang diteliti.
c.
Membuat catatan etnografis melalui catatan harian hasil wawancara (nama
informan, tempat, waktu, tanggal, catatan hasil wawancara dan catatan
refleksi).
d.
Mengajukan pertanyaan deskriptif, yaitu pertanyaan tentang fenomena budaya yang
diteliti.
e.
Melakukan analisis wawancara etnografis, yaitu dengan membuat catatan-catatan
refleksi dan menghubungkannya dengan catatan-catatan lainnya untuk memperoleh
kesamaan, kategori sementara dan sebagainya.
f.
Membuat analisis domain (diperoleh dari grand tour observation) yaitu melalui
universal semantic relationship. Hubungan semantis tersebut terkategori, yaitu:
jenis, ruang, sebab akibat, rasional, lokasi tindakan, cara sampai ke tujuan,
fungsi, urutan dan atribut. Untuk ini buatlah lembaran analisis domain.
g.
Mengajukan pertanyaan struktural, yaitu pertanyaan yang menyangkut
keseluruhan dari analisis domain. Misalnya, apa saja jenis keseluruhan
perkawinan di desa ini.
h.
Membuat analisis taksonomis: pada analisis ini sudah difokuskan pada fenomena
budaya yang diteliti, jadi pada domain tertentu, misalnya pada domain fungsi
(kawin sirri). Pemenuhan hasrat seksual, menolong kesulitan ekonomi,
pemenuhan aktualisasi diri. Masing-masing akan memiliki subfungsi yang akan
berkembang sesuai dengan penelusuran wawancara dan dikategorikan sesuai dengan
kesamaannya.
i.
Mengajukan pertanyaan kontras, yaitu pertanyaan untuk mengungkap adanya kontras
di setiap elemen di dalam domain. Misalnya apakah ada yang berbeda pendapat
dalam menanggapi fungsi kawin sirri tersebut.
j.
Analisis komponensial: yang dibidik oleh analisis komponensial adalah adanya
perbedaan-perbedaan di setiap elemen dalam analisis domain. Melalui contrast
questions maka akan diperoleh dimensi-dimensi kontras di dalam setiap domain.
Misalnya: pemenuhan kebutuhan seksual vs bukan pemenuhan kebutuhan seksual dan
sebagainya.
k.
Analisis tema budaya, yaitu memahami tema budaya apa yang dominan dari suatu
entitas budaya pada masyarakat. Dari setiap domain tersebut tentunya terdapat
domain penting dan dominan, yang darinya dapat diketahui apa tema budaya yang
ada di masyarakat tersebut.
l.
Menulis laporan etnografis, yaitu berperspektif personal voice, bahasa
informal, menerima kaidah-kaidah bahasa kualitatif.
B.
Kata Penutup
Segala puji bagi
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis
sangat menyadari, bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran demi perbaikan
makalah ini.
Harapan
penulis semoga kata makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Amin.